TRIK MENCEGAH VIRUS WRITER'S BLOCK
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Selamat berjumpa kembali pejuang literasi milenial, sambil menikmati kopi panas dan cmilan malam menggoda lidah yang telah menemani saya mengikuti pelatihan menulis hari ke 7 dengan narasumber ibu Ditta Widya Utami, S.Pd. Gr. pada hari Senin tanggal 23 Januari 2023 pada pukul 19.00-21.30 wib melalui WAG, dengan moderator ibu Raliyanti, S.Sos., M.Pd.
Narasumber kali ini adalah seorang ibu muda yang cantik, baik hati dan tidak sombong serta memiliki segudang prestasi yang luar biasa dan sangat menginspirasi. Beliau adalah Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr. salah satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Untuk mengenal bu Ditta lebih detail silahkan kunjungi profil beliau di sini https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html?m=1 atau bisa juga mengunjungi kompasiana bu Ditta https://www.kompasiana.com/ditta13718
Pernahkah kita merasa tidak ada mood menulis? Hilang ide, terhenti ditengah jalan? Waah jangan-jangan terkena virus WB tuuh.. Apaan itu yaa.. Apakah menular? Bagaimana menanganinya? demikian pertanyaan pematik yang disampaikan moderator bunda Rali sebelum materi disampaikan.
Tema malam ini adalah "Mengatasi Writer's Block", masih banyak yang belum paham dengan istilah Writer's Block (WB) terutama bagi penulis pemula seperti saya. Sebelum menjelaskan apa itu yang dimaksud dengan Writer's Block, narasumber kali ini menceritakan perjalanan menulisnya yang sudah dia geluti sejak Sekolah Dasar. Sebelum sekolah di SD bu Ditta sudah menyukai dengan bacaan cerita anak-anak, kemudian saat beliau masuk Sekolah Dasar sudah memulai suka dengan menulis, saat itu suka menulis buku diary. Ketika di SMP, sering mengirim tulisan ke mading sekolah dan pernah menulis cerita di buku tulis yang dibaca bergiliran oleh teman-teman. Kemudian atas arahan guru Bahasa Inggris, bu Ditta disarankan menulis diary dalam bahasa Inggris. Kegiatan menulis diary ini berlanjut sampai bangku SMA, bahkan beberapa teman dekat yang membaca diary bu Ditta sempat berkomentar bahwa tulisannya sudah seperti novel.
Ternyata kegiatan menulis bisa menjadi self healing yang baik, bahkan saat ini beberapa psikolog ada yang menyarankan kepada para pasiennya untuk menulis sebagai salah satu cara mengatasi depresi dan sebagainya. Berkat hobinya menulis sejak kecil inilah akhirnya berbuah manis, saat kuliah bu Ditta pernah membuat Buku Petualangan Kimia bersama rekannya dan diikutsertakan dalam Lomba Kreativitas Mahasiswa di Jurusan, dan Alhamdulillah meraih posisi kedua. Masih bersama teman-teman kuliahnya berhasil membuat proposal dana hibbah untuk Asosiasi Profesi dari Dikti dan bisa cair sebesar 40 juta pada tahun 2009-2012, sungguh nominal yang sangat besar untuk saat itu.
Kegiatan menulis bu Ditta di awal mulai bekerja sempat vakum karena kesibukkan Mengajar di boarding school dengan aktivitas yang padat. Hingga akhirnya di awal masa pandemi, beliau mengikuti kelas menulis bersama PGRI dan masuk di angkatan ke-7. Berawal dari arahan untuk membuat resume, membuatnya kembali aktif menulis di blog. Bahkan berkesempatan menulis bersama Prof. Eko. dan Alhamdulillah menjadi 1 di antara 9 orang (angkatan pertama tantangan Prof. Eko) yang bukunya terbit di penerbit mayor. Luar biasa semangatnya narasumber kali ini. Dari kebiasaan menulis ini juga akhirnya bu Ditta bisa menyelesaikan soal esai diseleksi Calon Pengajar Praktik Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3 dan lulus. Alhamdulillah saat ini sedang bertugas lagi di Angkatan 6.
Disadari atau tidak ternyata menulis memiliki banyak manfaat. Ada yang menulis karena hobi, kebutuhan, tuntutan profesi, dan lain sebagainya. Apa pun alasannya, aktivitas menulis memang tak bisa lepas dari kita sebagai makhluk yang berbahasa dan berbudaya.
Menulis adalah kata kerja yang hasilnya bisa sangat beragam. Oleh karena itu tak hanya novelis, cerpenis, jurnalis atau blogger, namun ada juga copywriter yg tulisannya mengajak orang untuk membeli produk, ada content writer yang bertugas membuat tulisan profesional di website, ada script writer penulis naskah film/sinetron, ada ghost writer, techincal writer, hingga UX writer, dll. Faktanya, penulis-penulis tersebut masih bisa terserang virus WB alias Writer's Block. Tidak peduli tua atau muda, profesional atau belum, WB bisa menyerang siapa pun yang masuk dalam dunia kepenulisan. WB ini bisa menjangkit dalam hitungan detik, menit, hari, minggu, bulan, bahkan tahunan, tergantung seberapa cepat kita menyadari dan mengatasinya. Oleh karena itu, penting bagi seorang penulis untuk mengenali WB dan cara mengatasinya.
- Mencoba metode/topik baru dalam menulis sebenarnya bisa menjadi penyebab sekaligus obat untuk WB. Misal ketika jadi penyebab: Ada orang yang senang menulis cerpen atau puisi. Kemudian tiba-tiba harus menulis KTI yang tentu saja memiliki struktur dan metode penulisan yang berbeda. Bila tak lekas beradaptasi, bisa jadi kita malah terserang WB.
- Stres, dalam Kamus Psikologi diartikan sebagai ketegangan, tekanan, tekanan batin, tegangan dan konflik.
- Lelah fisik/mental akibat aktivitas harian yang padat juga dapat memicu stress. Pada akhirnya, jangankan menulis, kita bisa merasa jenuh dan suntuk. Terserang WB deh. Dengan mencoba hal baru dalam menulis bisa jadi alternatif solusi, seperti melakukan hal-hal yang disukai untuk refreshing. Membaca buku-buku ringan untuk cemilan otak juga bisa jadi solusi mengatasi WB. Biar bagaimanapun, WB bisa terjadi karena kita belum bisa mengekspresikan ide dalam bentuk kata. Karena dengan membaca, kita bisa menambah kosa kata. Pada akhirnya, jika diteruskan insya Allah bisa sekaligus mengatasi WB.
- Terlalu Perfeksionis, seperti yang dikisahkan bu Ditta pengalaman menulisnya sewaktu di SMP, jika saya membuka kembali diary berbahasa Inggris yang saya tulis saat duduk di kelas 2 SMP, saya akan tersenyum bahkan tertawa sendiri. Grammarnya saja banyak yang tidak sesuai, tapi saya tetap PD menulis 😄 tak hanya satu, ada dua atau tiga diary. Tapi, justru itulah salah satu kunci menghadapi WB. Bila saat itu saya terlalu perfeksionis, terlalu memikirkan apakah tulisan saya sudah sesuai kaidah atau belum, niscaya diary berbahasa Inggris itu tidak akan pernah rampung, demikian disampaikan oleh bu Ditta. Kondisi menulis dimana kita tidak memikirkan salah eja, salah ketik, koherensi dsb ternyata dalam dunia psikologi dikenal dengan istilah free writing atau menulis bebas, ternyata bisa mengatasi virus WB.
P1
Assalamulaikum bu dita salam kenal saya Nurhasnah dari UPT SMP N 2 Tigataksa ibu aktivitas PP angk 3 dan 6 artinya ibu jadi pp 2 kali.benarkah? Bukannya hanya satu kali dibolehkan. keren banget bu. Apa tips ibu menulis dalam Bahasa Inggris.sementra jurusan ibu IPA? Thanks
Wa 'alaikum salam Bu Nurhasanah 🥰🙏🏻
Betul, saya dan teman-teman di Subang ditugaskan dua kali. Hal ini sesuai surat edaran dari Kemdikbud yang intinya bila pernah menyelenggarakan PGP, maka PP diambil dari angkatan sebelumnya, jika kurang akan ditambah dg PP baru dg seleksi reguler.
Terkait bahasa Inggris, saat SMP saya dan 3 sahabat lain ikut les privat Bun tapi gurunya berbeda dg guru B. Inggris yang meminta saya menulis diary berbahasa Inggris. Saya selalu ingat yg disampaikan oleh guru saya, bahwa belajar bahasa Inggris itu, tak bisa hanya bicara. Perlu dilatih pula kemampuan mendengar dan menulis dalam bahasa Inggris. Yah, sebagaimana Tes TOEFL dan semacamnya. Kan tidak hanya kemampuan reading saja yang dites. Hehe
Tips nya sederhana, just do it. Orang Inggris asli pun tidak selalu terpaku pada grammar kok.
Nah kita menulis di chat pun kan tidak melulu menggunakan SPOK toh? 😁
Yang penting, kita ngomong/nulis mereka paham, dan mereka ngomong/nulis dan kita paham. That's it. Ini kata master bahasa Inggris saya. Hehe
So, PD saja Bun 😉
Kalau masih khawatir kan skg hidup sudah semakin mudah, bisa dibantu dicek oleh teman atau oleh Mbah Google.
P2
Mugiarni dari Kabupaten Tangerang. Salam kenal bu.
Almarhum suami saya juga dari Subang. ( Kalijati)👏👏
Pertanyaan
1. Bagaimana cara memulai untuk memperkenalkan budaya digital pada anak SD.
2. Mengingat sekolah tempat saya mengajar bukan kategori lingkungan yang baik. Orang tua murid cenderung mengatur guru, sementara dengan kondisi mereka yang berpengetahuan level bawah?Terimakasih
Salam kenal juga Bunda.
Wah, Kalijati dekat dari rumah. Sekitar 20 menitan saja ☺️
Untuk menjawab pertanyaan pertama, artikel yang pernah saya buat mungkin bisa sedikit menambah wawasan kita terkait Budaya Digital.
Tulisan tersebut saya buat setelah mengikuti mengikuti Literasi Digital Sektor Pemerintahan Daerah Jawa Barat Tahun 2022 (BPSDM) Batch 5 Bertema Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Pemberdayaan Kapasitas Teknologi Digital Kementerian Kominfo.
Untuk yang nomor dua, saya jadi teringat dengan pengalaman salah satu Guru Penggerak di Angkatan 3. Beliau juga kurang lebih mengalami hal yang sama.
P3
Assalamu'alaikum
Indah - Banjarnegara
Bagaimana cara mengatasi WB saat kita mengikuti 3 pelatihan sekaligus,, seperti yang saya alami saat ini, saya mengikuti pelatihan KBMN 28, tapi juga minat dengan tantangan Prof. Ekoji, dan juga program dari pak Dail...semuanya hanya membutuhkan waktu singkat, kadang kalo digunakan untuk membaca-baca seperti ada waktu yang hilang, mohon pencerahannya agar semuanya dapat terselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan
Wa 'alaikum salam Bu Indah 🥰
Setengah dari pertanyaan adalah jawaban. Saya yakin sebetulnya Bu Indah sudah tau jawaban cara mengatasi WB yang berkaitan dengan waktu. 😊
Kalau saya di posisi Ibu, saya akan membuat skala prioritas dan jadwal menulis. Insya Allah ketiga-tiganya akan bisa dijalani dengan baik asal kita istiqomah dengan jadwal yang telah kita tetapkan. Cari dan kenali waktu emas Bu Indah dalam menulis (karena tiap orang bisa berbeda). Apakah Bu Indah senang menulis di kala subuh? Sebelum tidur? Saat jeda istirahat? Menulislah di waktu terbaik tersebut 😊
Semoga membantu 🙏🏻
P4
Assalamualaikum....
Saya Wahyuning dari Jakarta Pusat. Kalimat akhir yang menusuk di dada, tulisan buruh lebih baik dari pada tulisan yang tidak selesai. Nyesek dadaku Ibu guru hehe.....tapi boleh donk berikan tips dan trik dari Bu Dita yang cantik ini untuk saya agar bisa menyelesaikan satu persatu karya yang masih menjadi draft di laptop? terima kasih
Eheheh
Tenang tenang, saya juga pernah kok membuat tulisan tulisan buruk. Tapi toh itu tetap berkesan ketika dibaca ulang 😁
Tips dari saya, coba buka kembali kemudian kelompokkan. Siapa tau bisa jadi buku 👍🏻
Buku solo pertama saya berjudul Lelaki di Ladang Tebu juga asalnya kumpulan draft cerpen di laptop.
*Kuatkan tekad*, olah kembali. Kalau bisa sambil membuat daftar isi. Mulai dari akhir (bayangkan bukunya sudah jadi, bukan sekedar draft lagi). Dan tentu saja: mulai menulis.
P5
Assalamu'alaikum Wr Wb ..
R. Agung PS_ Jakarta_
Saya sudah merasakan writer's block ketika tulisan saya sedikit yang membaca. Muncul di sana keengganan untuk menulis lagi. Apakah yang harus saya lakukan. Menulis dengan topik aktual tetapi kurang dikuasai, atau terus menulis tanpa menghiraukan jumlah pembaca?
Wa 'alaikum salam
Pa Agung, saya juga pernah merasa di posisi Pa Agung. Sedih memang ketika sudah menulis dengan kesungguhan hati namun masih sedikit yang membaca. Tapi, kalau boleh saya tanyakan ... apa sebetulnya niat Pa Agung dalam menulis? Seingat saya Prof Eko juga menyarankan agar kita menulis sesuai dengan minat kita atau yang kita kuasai. Namun, jika niat P Agung memang menulis agar bisa dibaca banyak orang, banyak cara yang bisa ditempuh.
Semangat, Pak 👍🏻
P6
Assalamu'alaikum
Nama saya Rahman Sumenep, Mau tanya bu, bagaimana cara kita untuk menghilangkan rasa keragu-raguan saat menulis, karena ide mandek di tengah jalan. Terima kasih🙏🏻
Wa 'alaikum P Rahman.
Yuk, menulis dengan teknik free writing alias menulis bebas. Saat mandek, coba tulis saja: "Sekarang ini saya sedang buntu menulis. Entah mengapa tiba-tiba mandek. Seperti sedang berlari sprint lantas menabrak tembok .... dst." Atau bisa juga: "Jujur, saat ini aku ragu. Ragu jika tulisanku ini seindah pelangi. Seharum mawar. Atau sebaik intan yang akan dipandang banyak orang. Banyak ketakutan yang muncul dalam benakku ... dst"
P7
Assalamualaikum, saya Maria Ulfa dari Lombok, pertanyaan saya:
1. Apa kita jg bisa meraih mimpi seperti Ibu Ditta yang hebat, walau kami tidak se-getol Bu Ditta?
2. Apa yang paling penting dipersiapkan utk menjadi seorang penulis. Terima kasih
Wa 'alaikum salam Bu Maria 😊
1. Pasti bisa dooong 😎 *yakin*.
2. Mental seorang penulis.
Jika berkenan, silakan simak video yang saya buat tentang mental seorang penulis ya Bun :
P8
Saya Umatun nur islamiuato peserta KBMN 28 dari Kemenag kab Magelang jateng.saya penulis awam dan masih awal.semangat menulis karena kagum kpd Bunda Lilis sutikno.
Pertanyaan: Bagaimana trik trik biar bisa menulis yang bermutu. Saya mulai menulis sudah setua ini umur saya yaitu 50 tahun lebih.tapi saya semangat
Wah, terima kasih 😊🙏🏻
Kisah Bunda Lilis dan Bunda Kanjeng cocok jadi inspirasi nih untuk kasus Bunda. Untuk tipsnya practice makes perfect dan perbanyak membaca terkait dengan apa yang akan kita tulis. Misal jika Bunda senang menulis puisi, maka mari membaca karya karya sastrawan terkemuka. Bila senang cerpen, mari perbanyak baca cerpen yang berhasil dimuat di media massa atau karya cerpenis populer.
Membacanya harus seperti kacang goreng. Dinikmati, diresapi kata-katanya, kenali diksi yang digunakan, dsb. Bukankah makan kacang goreng lebih nikmat bila perlahan, bukan sekaligus 😁. Lain halnya jika ingin menulis karya ilmiah, ya mesti mau membaca jurnal. Hehe. Saya pernah baca tulisan Prof. Ngainun, jika ingin menulis jurnal, setidaknya kita harus membaca beberapa volume dari jurnal yang kita targetkan. Pokoknya tetap semangat ya Bun. Usia bukan halangan bagi seseorang untuk bisa menjadi penulis andal 🥰
P9
Saya pak Wigung dari gunung kidul Yogyakarta
Apakah wb termasuk penyakit ,Bu?
Ehehe itu istilah saya saja 😁 karena berdasarkan pengalaman bisa datang berulang kali. Misal yg saya alami, saya pernah terkena WB karena lelah fisik. Di waktu lain, saya terkena WB karena terlalu perfeksionis.Saya katakan "penyakit" karena memang jika dibiarkan, dampaknya bisa fatal. Tak produktif lagi.
Lanjut P10 Nggih bunda Dita
Pak Etik Nurinto, S.Pd.SD.
Dari : Pemalang
Pertanyaan :
Apa yang menurut Bu Ditta paling sulit saat menulis dan bagaimana mengatasinya ?🙏🏻
Wahhh, P Etik ini teman saya
Hmm, pertanyaan sulit.
Cara mengatasinya ...
Dengan mengingat niat awal kita menulis. Mengingat kembali masa masa dimana kita menikmati proses menulis itu sendiri. Dan tak lupa berdoa Seperti malam ini, sebelum menulis di grup ini, saya juga meminta doa pada kedua orang tua saya 😊
Jika ingin mempelajari tentang cara mengatasi virus WB lebih dalam bisa membeli bukunya, silahkan hubungi bu Raliyanti dengan CP: 081586462152
Keren bu, resumenya lengkap sekali
BalasHapusTerima kasih pak Afif
BalasHapusWah lengkap sekali. Rapi dan kreatif. Terima kasih sudahembuat resume yang baik.
BalasHapusTerima kasih bu Ditta, mohon bimbingannya
HapusKereeeen.
BalasHapus